Senin, 30 Januari 2012

ILUSI

Semua orang hidup hidup terikat dan bergantung pada pengetauhan atau presepsinya sendiri, itu disebut kenyataan. Tetapi pengetahuan atau presepsi itu sesuatu yang samar. Bisa saja kenyataan itu hanya ilusi, semua orang hidup dalam asumsi.

Sama saat melihat gambar ini, semua punya asumsinya masing - masing apakah gambar ini memang bergerak, atau hanya sebuah Ilusi Mata......



SELALU ADA JALAN

Tak ada alasan kita untuk berhenti berbuat........
Tak ada alasan kita untuk tenggelam lebih dalam lagi..
Kadang kita jatuh, kadang kita luka.......
Tapi percayalah bila kau berani berdiri kembali, tanpa ketakutan akan kegagalan maka yakinlah...

"Selalu Ada Jalan Bagi Kita"

Photo by Muhammad Aswan Pratama

SEDERHANA

Suatu siang terik, Rama duduk membisu di sebuah kamar, duduk dia melamun seperti biasanya, bukannya tidak senang dengan dunia luar tapi bila sedang bebas dari segala aktifitas perkuliahannya, rumah adalah surga, seperti biasa juga dia menatap langit – langit kamar, mendengar detak jam. Hingga bunyi telepon genggamnya mengeluarkan dia dari kegiatan melamunnya, itu sms dari Lisa.


Ternyata itu sebuah pesan singkat, Rama laki – laki santai dngan pemikiran yang kadang rumit, dia sudah memikirkan beribu kata – kata untuk membalas pesan itu, bahkan sebelum dia membaca apa pesannya, setelah puas berpikir dia kembali ke alam nyata. Mereka pun melakukan sebuah percakapan dengan pesan singkat.


RABU 11 : 05 Lisa
Siang Rama, kamu lagi di mana? Mau keluar ngga? Eh ia Kamu punya info ttg Festival yang diadakan hari ini sama besok itu ngga?


RABU 11 : 25 Rama
Siang Lisa, aku di rumah, aku lagi ngga punya rencana keluar Lis, oh Festival Kebudayaan Jepang itu, wah belum ada Lis, Bagaimana kalo besok kita pergi sama – sama cari info tentang Festival itu?


RABU 11 : 27 Lisa
Ok deh, besok kalau gitu ^^


RABU 11 : 35 Rama
Ok See you tomorrow Lisa :)


Keesokan harinya Rama terbangun lebih cepat daripada biasanya, waktu masih pukul 03 : 50 WITA. Dia terbangun karena perasaan aneh, tapi sangat familiar baginya, kepala berat, nafas nya berbunyi khas, saluran prnafasannya menyempit, Rama duduk memegang dadanya, dia bangun dari tidurnya, dia duduk menenangkan jiwanya, dia berdiri menyalakan lampu kamarnya, meluaskan jarak pandang matanya.


Pandangannya masih kabur, matanya beradaptasi dari gelap ke terang, tertatih – tatih dia meraih gagang pintu an beranjak keluar dari kamarnya. Dia meminum obatnya, sebenarnya dia benci hrus melakukan in, karena dia tahu obat ini, mengeroposkan tulangnya, merusak organnya perlahan namun pasti, tapi apalah maudikata, obat ini bisa membuatnya merasa lebih baik.


Dia masuk lagi ke kamarnya, mematikan lagi lampu, kembali ke tempat tidurnya, menarik selimut, membaringkan badaannya, dia menatap gelap, perlahan dia terlelap terlahap oleh efek obat tadi.


Esoknya dia terbangun, dengan keadaan yang belum sembuh, tapi sedikit lebih baik, dia meraih telepon genggam disampingnya, Jam di telepon genggamnya sudah menunjukkan pukul 12:49 siang reaksinya biasa, dia juga melihat 2 sms dan 3 missCall dan semua itu dari Lisa, reaksinya luar biasa, dia mengingat dia teringat.


KAMIS 07:00 Lisa
Pagi Rama J hari ini jadi kan...?


KAMIS 08:23 Lisa
Rama, kamu belum bangn yah? Bangun dong nanti telat :)


KAMIS 11 : 45 Lisa
Rama, aku sudah dapat info ttg festival itu, kayaknya kita telat deh hehehe ^^

Rama terdiam, dia lupa akan asmanya,  dia menghela nafas panjang dan dalam hati Rama berkata
“Haaaah Merasa Bersalah itu Sederhana”


Buru – buru dia mengirimkan pesan singkat kepada Lisa


KAMIS 13 : 20 Rama
Lisa, maaf aku baru liat smsmu, maaf tadi subuh asmaku kambuh obatnya bikin aku tidur dan bangunnya kesiangan, yah mungkin Lisa ngga percaya -__- aku bisa maklum sekali lagi maaf, yah jadi kita ngga bisa lg membeli iket ke Festival itu? Kita cek aja dulu, aku ke sana sekarang yah....


Tak ada tanggapan apapun dari Lisa, Rama makin marah dengan dirinya sendiri, pikiran ribet Rama bahkan berkata kalau saja bunuh diri itu tidak dosa, dia melakukannya sekarang. Dia menelepon Lisa, tersambung tapi tetap tak ada tanggapan dari Lisa. Beberapa panggilan dia lakukan tapi tetap hasilnya Nihil.


Dia berbaring kembali, menyesal, sangat menyesal, dia sudah merasa dirinya sangat jahat. Tak lama kemudian Tleponnya berbunyi. Dia kaget, dikepalanya hanya satu Lisa, dan tebakannya betul.


KAMIS 14 : 30 Lisa
Waaah maaf Rama, aku ngga dengar telepon kamu aku sedang main dengan anjingku di depan kamar, Hpku tertinggal di dalam kamar, Rama kalau sakit mending istirahat aja, soal Festival itu gpp kok, selalu ada hari lain, btw cepat sembuh yah Rama ^^


Rama tersenyum, dengan rasa bersalah besar di hatinya, dengan menghela nafas dia, kembali berbicara dalam hati
“Haaaah Merasa bersalah itu sedrhana, kagum dan jatuh cinta kepada perempuan simple dan ngga ribet itu juga sederhana”


Dia membalas pesan itu


KAMIS 14 : 55 Rama
Ia Lis, sekali lagi maaf yah, aku jadi ngga enak soalnya aku yg berjanji dan aku yg ingkar, oh Lis makasih ia buat ucapan cepat sembuhnya.


KAMIS 15 : 00 Lisa
Yep ^^


Rama meletakkan telepon genggamnya, dia mengehela nafas, asma sudah pergi, nafasnya leluasa ;agi keluar masuk, hatinya juga sudah lega bisa meminta maaf, walaupun dia tak tahu bagamana perasaan Lisa yang sebenarnya. Dalam hati dia berbicara lagi


“Yah aku akui meminta maaf itu walaupun kadang sulit dan penuh perhitungan akhirnya jg keren, memberikan maaf dengan sederhana tanpa mengharapkan pengganti keselahan itu sederhana dan lebih keren dari apapun di dunia ini”


Sok romantis Rama menuliskan sesuatu di kotak pesan telepon genggamnya


“Lisa maaf mengecewakanmu, tapi seperti yang kau bilang selalu ada hari lain, lain kali aku pasti melakukan sesuatu yg tidak akan mengecewakanmu, percayalah”


Dengan hati yang berdebar – debar dia perlahan memencet tombol “Send”.


Masuk pemberitahuan “Pesan Tidak Terkirim”


Dia cek Pulsa “Pulsa anda Rp. 56”


Rama tertawa menyadari skenario Tuhan itu memang Maha Keren...........................

Gadis Kecil dan teman baru

Kota ini mendung, langitnya berwarna kelabu kelam, burung – burung berlindung, manusia – manusia berteduh, katak dan ikan bernyanyi riang, mereka semua bersiap...

Menyambut Hujan.....

Di dalam sebuah ruangan....
Sepasang suami istri berteriak semampu mereka, bukan ingin menyaingi suara gemuruh guntur di luar, mereka memegang erat tangan sebuah jasad kecil, menggoyang – goyangkannnya sembari berharap dengan melakukan, mereka semua berharap.....

Menyambut Kemungkinan jasad anaknya mendapatkan sebuah kesempatan......

Beberapa menit sebelumnya, di taman, tak jauh dari ruangan itu....

 Ada seorang gadis kecil yang menangis keras sekeras guntur, tapi tak menganggu siapapun
“HuaaaaaaaaaaaaHuaaaaaaaaa hiks....hiks..........”

Ada seseorang yang menghampiri gadis kecil itu dan bertanya
“ Kamu kenapa gadis manis? “

Anak itu terisak, dan menghentikan tangisannya dan menjawab
“Aku tak punya teman lagi, aku bahkan di tinggal olang tuaku sendiri di taman ini, tak ada siapapun lagi yang mau belsamaku, tak ada lagi yang sayang padaku, tak ada lagi yang mau belteman dengan ku”

Orang itu tersenyum, dan mengelus kepala anak itu
“Aku mau jadi temanmu, ikutlah bersamaku, kita ke tempat di mana kau akan bertemu banyak teman, dan kau akan dipeluk oleh Dia yang kaih sayangNya melebihi siapapun di dunia ini”

Untuk anak semurannya anak itu sudah lama mengenal sepi dari anak manapun, dia hanya ingin lari dari ini,  terbebas dari sepi, dan dia menerima ajakan itu.
“Benar om?? Selius?? Aku mau, aku mau belteman sama siapa saja, kapan kita pelgi ke sana om?”

“Sekarang...” Jawabnya singkat

“Holleee ayo!” Dengan semangatnya anak itu menarik2 tangan orang itu

“ Kamu tak mau pamit ke orang tuamu dulu? Kamu ngga mau jadi anak yang nakal kan..?” Orang itu mengingatkan

“Oh ia yah meleka ada di sana, ayo kita kesana..” Dia menarik orang itu ke sebuah ruangan

Mereka bertemu orang tua anak itu, mereka menangis melepas kepergian anaknya, anak itu telah pamit, keduaorang tuanya ikhlas melepas anaknya, mereka berpisah walau tanpa pelukan selamat tinggal.

Di luar Hujan turun sangat deras, guntur menyentuh tanah menyebabkan getaran dahsyat, di sebuah ruangan suara tangis sepasang suami istri tadi masih terdengar, mereka ikhlas, mereka menutupi jasad anaknya.

Di luar di tengah hujan dan terpaan angin, seorang gadis kecil berjalan bersama seseorang..... 

“Oh ia kita kita jadi teman kan sekalang?” Gadis itu bertanya
“Ia pasti” Jawab orang itu singkat
“Kalau teman halus kenal dengan temannya kan?”Pertanyaan lainnya dari gadis itu
“Hahaha ia juga yah....” Orang itu tersadar
“Perkenalkan aku Afika anak mama papa yang suka makan oleo lasa beluk” Dengan riang Afika memperkenalkan diri
“Hahaha, ok gadis kecil perkenalkan nama saya..... Kematian...” Dia menjawab dengan sedikit ragu
“Hhahaha nama om aneh” Afika menanggapi dengan Polos

Mereka berdua tertawa, tersenyum, melanjutkan perjalanan mereka dan tak lama menghilang di tengah Hujan.

Kota itu Basah akan Hujan dan Airmata
Kota itu Gaduh akan Guntur dan Tangisan
Kota itu di tumbuhi Satu tumbuhan dan kehilangan Satu gadis kecilnya.

Jumat, 20 Januari 2012

Laki - Laki dan Perempuan

Seorang Laki - laki menyusuri hidupnya
Berjalan menyusuri semua yang bisa dia tapaki
Sesekali dia berhenti karena lelah
Lalu berjalan lagi sejauh yang dia mampu
Hingga sesekali dia berhenti dia menyadari sesuatu
Kadang dia berhenti melihat ke langit, melihat matahari ataupun bulan, apapun yang dia temui

Seorang Perempuan menjalani hidupnya
Tersudut dalam sebuah ruangan nyaman baginya, bukan jiwanya
Sesekali dia termenung menatap sekeliling, yg ada hanya tembok dan suara hujan
Lalu dia berbuat sesuatu lagi, sekedar melepas rasa penat dan bosannya
Hingga sesekali dia berhenti dia menyadari sesuatu
Kadang dia beranjak ke jendela kamarnya, melihat matahari ataupun bulan, apapun yang menghampirinya

Mereka menyadari di tempat berbeda
Mereka menyadari mereka melihat langit yang sama
Apapun yang mereka sadari selanjutnya tak ada yang salah dengan itu
Bukan begitu??
Rindu.........

MISTERIUS SERIUS

Dia mengumpulkan semua petunjuk - petunjuk
Dan dirangkum dalam sebuah kode misterius
Dengan tanda - tanda yang tersebar namun tertutupi oleh misteri

Aku Menjadi terobsesi akan kode
Mempelajari semua kemungkinan secara terus - menerus
Memunguti tanda - tanda yang tersebar dengan tubuh penuh ambisi

Dia kode, Aku dekode
Dia Misterius, Aku serius.

KENAPA?

Kenapa semua mencomooh dia?
Dia hanya membawa basah

Kenapa semua marah ke dia?
Dia hanya menggiring kesejukan

Kenapa semua menyalahkan dia?
Dia hanya memperdalam perasaan kita

Kenapa semua berteriak kepada dia?
Bukankah iramanya menyejukkan hati

Kenapa semua ingin melupakan dia?
Padahal dia membawa semua kenangan secara jelas

Kenapa harus benci Hujan?
Dia hanya beberapa titik air dari Tuhan

SALING

Aku duduk menatap sekitar
Kumpulan remaja - remaja muda
Yang saling mencinta
Saling Mencinta Itu Indah

Cinta mereka ke luar kumpulan itu
Cinta ke sesama orang dalam kumpulan itu
Cinta ke orang yang telah dicintai orang lain di dalam kumpulan itu
Cinta kepada orang yang telah mencintai orang lain dalam ataupun luar kumpulan itu
Haah......Saling mencinta itu kadang Rumit

Rabu, 18 Januari 2012

PULANG 2

Berjalan aku menyusuri lorong sebuah perkampungan, aku pulang, bukan ke Rumahku tapi tempatku melewati masa kanak - kanaku.

Sepanjang lorong kutemui banyak anak - anak bermain, berlarian ke sana kemari, entah mereka anak siapa aku tak terlalu peduli.

Sepanjang lorong ku tatap remaja - remaja yang bersantai sore, yang laki - laki bermain gitar, yang perempuan memeluk yang bermain gitar, mereka orang tua dari salah satu anak - anak tersebut? entahlah aku tidak terlalu peduli.

Sepanjang lorong ku lewati sekumpulan orang tua renta, yang menjalani hari tua, melihat kumpulan remaja dan anak - anak, mereka mengenang masa itu, aku terharu tapi tak terlalu peduli.

Tiba aku sebuah rumah, di sebuah sudut jalan buntu, aku menatap rumah itu tajam - tajam, banyak kebahagiann dari rumah ini beserta isi - isinya yg aku lupakan dan belum sempat kubalaskan semuanya.
Aku membuka pagar besi ini, gesekannya mengeluarkan suara khas, suara khas masa lalu
.
Aku beranjak ke depan pintu masuk, aku tak tega mengganggu dengan ketukan, tapi aku rindu mereka penghuni rumah ini, aku menyentuh gagang pintu, pintu ini tak terkunci. Sial bahkan pintu ini menambah rasa bersalahku, teringat aku akan pesan salah satu penghuni rumah ini

"KE MANAPUN KAU MENJALANI KEDEWASAANMU JANGAN LUPA SESEKALI MELIHAT TEMPATMU TUMBUH, RUMAH INI AKAN SELALU TERBUKA UNTUKMU"

Aku masuk, rumah ini sepi.... Tak ada suara, hanya bias matahari yang menyambutku, aku mengelilingi rumah itu, hingga ku dengar suara obrolan di bagian belakang rumah.
Aku mendekat, aku menatap beberapa sosok namun hanya dua sosok itu yang aku peduli, mereka menatap ku juga dengan tajam, aku mengingat sosok mereka, meereka masih mencoba mengingatku, umur mereka menghambat ingatan mereka.

"Aan?" Kata mereka
"Ia Bapak, Ia Ibu ini saya" jawabku

 Aku bertemu lagi dengan Bapak dan Ibu yang merawatku waktu ku kecil
Ku cium tangan mereka, bau khas merekat tak pernah berubah sejak aku kanak - kanak.
Aku mengobrol beberapa hal, dan beberapa hal pula yang mengharuskaknku cepat beranjak dari tempat ini.

Mataku entah kenapa seperti mendapat tekanan dari sesuatu, tapi umurku melawan tekanan itu, tapi rasanya miris sekali. Aku pamit...

Aku mencium tangan Ibu, lalu memeluknya.
"Ibu aku pulang dulu" aku pamit
"Ia nak, sering - sering liat Ibu" ibu berkata, pelukannya makin erat
"Ia bu" jawabku seadanya, setelah ibu melepas pelukannya.
"Jangan Lupa sholat nak, mau jadi apa kamu kalau tidak melaksanakan sholat" Lanjutnya sebelum aku berlalu
"Ia bu" jawabku seadanya lagi. kalimat ini sangat dalam meresap ke hati dan otakku

Aku mencari Bapak untuk berpamitan juga, tapi bapak tidak ada, dia masuk ke dalam rumah, aku menyusulnya

Bapak ternyata menungguku. Aku menghampirinya
"Pak aku pamit pulang" aku pamitan
"Ia nak, baik - baik yah" katanya ramah namun tegas seakan memperjelas dia adalah seorang purnawirawan dulunya.
"Oh ia Bapak ada Pesan............"


Aku berdiri sejenak di pintu, menatap ke luar, aku masih enggan beranjak, aroma masa lalu ini masih sangat nyaman mengitariku, aku masih malas kembali ke luar sana kembali menjalani hari dengan hirukpiku pemikiran ttg masa depan, tapi aku harus pergi.

Berjalan lagi aku menyusuri lorong, dengan hal - hal yang sama yang tidak terlalu kupedulikan, aku berjalan Pulang Kali ini benar - benar ke Rumahku tempatku menjalani masa depan dari masa laluku, tapi aku tak terlalu peduli, yang aku peduli hanya sebuah pesan dari beberapa pesan........


"Nak kau tahu rumah ini selalu terbuka untukmu, kapanpun kau datang, tapi Bapak dan Ibu takut tidak bisa lagi menyambutmu, Bapak tak ingin menghlangi jalanmu menuju kedewasaanmu, tapi bapak minta sering - seringlah mengunjungi kami mumpung kami masih bisa menyambutmu di balik pintu itu" Bapak tersenyum sambil mengelus kepalaku

Aku berjalan, tekanan di mataku makin aneh, dia mengeluarkan air, aku tak terlalu peduli
Aku berjalan hatiku maki terasa tertekan, aku belum peduli
Aku berjalan otakku berbisik lirih, aku mulai peduli
Aku berjaan, tubuhku dan jiwaku bersatu menggertaku, aku peduli

Aku tiba di Kamar Gelapku, usia, jenis kelamin, gengsi, semua kalah oleh air mata

KUPU - KUPU

Photo by Amalia Zul Hilmi, Edited by Muh. Aswan Pratama
Tanggal.....15 DES 2011
Seorang pemuda namanya Prama duduk terdiam di sudut kamarnya, menerawang seperti bagaimana dia biasanya. Menerawang dia, makin dalam dan hampir mencapai sebuah dunia imajinya, belum sempat sampai di dunianya dia terganggu oleh dering telepon genggamnya. Nomor yang meneleponnya asing baginya, dia malas mengangkatnya, hingga 8 panggilan pun dia tak ingin mengangkatnya. Telepon berhenti berdering, dia malah menatap telepon genggamnya secara mendalam, dia dihinggapi penyesalan yang sangat dangkal, hal seperti ini memang belum bisa menarik perhatiannya sepenuhnya tapi selalu mengusik rasa penasarannya. Hingga beberapa menit setelahnya telepon genggamnya kembali berbunyi, bukan sebuah panggilan kali ini namun sebuah pesan singkat yang dia dapat, dia melihat nomornya. Itu masih nomor yang sama yang meneleponnya berkali – kali, dia membuka sms itu. Dia diam, dia mengingat, dia teringat, dia merebahkan badannya menatap ke langit – langit kamar menerawang.............

Dalam.............
Di sebuah sudut komplek, Prama kecil duduk makan jajanan secara sembunyi – sembunyi, menghindari larangan ibunya dalam hal jajan sembarangan. Sesosok perempuan kecil datang duduk di sebelah Prama. Mereka saling tatap, Prama bingung, Gadis ini senyum. 

“Hai aku Ema” dia menjulurkan tangannya ke Prama 

“Haiph akhu Prama“ Prama berbicara dengan mulut penuh permen kapas sambil menyambut tangan Ema

Setelah perkenalan itu, kira – kira saat dua anak kecil itu kelas 6 SD, Ema harus pindah, sehari sebelum kepindahannya dia menghabiskan waktunya untuk bermain sepuasnya bersama teman sekompleks termasuk dengan Prama.

“Prama aku mau pindah loh” dia berbicara dengan keringat bercucuran sehabis berlari kesana kemari.

“Oh ia ? pindah rumah?” Prama bertanya

“Ia dan kali ini aku akan terbang naik pesawat terbang, ke pulau jawa” Ema menjawab

“Wah seru yah, kembalinya kapan?, bawa oleh – oleh yah” Prama kembali menanggapi

“Kayaknya aku ngga bakal kembali, aku akan bersekolah SMP di sana Prama” Jawaban Ema lembut

Prama kecil laki – laki yang cengeng, dia menangis, Ema perempuan kecil yang kuat dia tidak sedikitpun menangis, Prma ditenangkan dengan cara sedemikian luar biasa. Percakapan khas anak seumuran mereka membelah sudut kompleks. Hingga satu beberapa terakhir dari Ema yg tak ditanggapi oleh Prama menutup pembicaraan mereka.

 “Prama apapun itu cobalah untuk tersenyum, masa di saat kita mau pisah kamu terisak – isak aja hehehehe”
Ema mengelus kepala Prama mereka beranjak ke rumah mereka masing – masing, esoknya Ema sudah pindah ke Jawa.

Lebih Dalam....
                Prama sekarang sdah menjelang tamat SMP, Dia mulai mengenal Jejaring Sosial dia sedikit lupa dengan Ema, namun teringat lagi ketika dia mendapatkan Akun Jejaring Sosial Ema, dan mereka berteman di dunia maya itu. Terjadi percakapan antara mereka

E :Hai Prama lama tak jumpa apa kabar kamu?

P :Baik, kamu?

E :Baik juga, hahaha kok kamu jadi kaku begitu? Eh ia ngga lama lagi aku akan seindah Kupu – kupu kamu tau kan terbang dan membahagiakan.

P :Wah turut senang aja Em J haha ok aku akan menunggu mu menyebarkan serbukmu walaupun masih sangat lama sepertinya kau menjadi kupu – kupu, kita masih SMP -_-

E :Hahahaha gombal ! Kalau bgt kamu bunga dong? Ngga cocok ah kamu jadi kumbang cocoknya, ia yg penting niat dan semangat dulu kan bisa :p

P :Ok lah apa aja buat kupu – kupu, kamu ngga jalan – jalan ke sini lagi?

E :Belum tau juga Pram, walau sekolah libur, aku banyak kegiatan yg mencegahku dengan sempurna, eeh ngga apa kan Pram?

P :Hahahahaha ia ngga papa kok, terbanglah setinggi apapun itu, asal jangan lupa untuk turun aja, yakin kok akunya cepat atau lambat, sebentar ataupun lama kita akan bertemu bagaimanapun itu.

E :Wah yakin banget kamu? Yah tebakan lain darimu Pram, yang anehnya dari SD suka tepat hahaha

P :Ia dong hahaha 

E :Ok Pram, aku kembali duluan ke dunia nyata see you in better time..

P :Ok bye Kupu – Kupu

Setelah percakapan itu Prama jarang lagi berbicara dengan Ema.

Jauh Lebih Dalam....

                Prama sudah Lulus SMA, dia sudah mendaftar di sebuah Universitas Negeri dia lupa sepenuhnya dengan Ema. Banyak sosok – sosok teman sekolah dulu yang menutupi kenangan tentang Ema. Dia tiba di rumahnya, lelah dengan hiruk pikuk pendaftaran Mahasiswa, dia merebahkan badannya, sesekali mengakses Internet melalui Telepon Genggamnya, ada pesan masuk di akun Jejaring Sosialnya

"Hai Prama, aku ada acara di Makassar, ketemuan yuk di Mal itu"
 -Love Kupu –kupu-

Mendapat pesan itu, Prama bingung mencoba mengingat, dia teringat

Mereka pun bertemu, mengobrol tentang masa lalu, dan semuanya yang mungkin untuk di obrolkan.

“Kamu ngga papa Em, jadi pramugari? ngga gampang-gampang amat loh, apalagi kamu berjilbab sekarang..” Prama bertanya

“Ngga lah! Ini cita2 ku, kamu kenapa sih nanya gitu??!” Ema dengan sedikit kesal menanggapi Prama

“Ehh.. Ngaa.. Cuman khawatir kurang lebih seperti itu” Prama mengemukakan alasannya

“haah, makasih Prama, tapi aku kuat kok, kamu dukung akunya juga dong yah,,, lagian kamu kok ngga yakin sama perempuan yg buat kamu nangis,,, eh kamu masih cengeng ngga?” Ema mengejek

 “Bwahahahahahahahaahahha kalo cengeng dalam artian dikit2 nangis, ngga lah, tapi kalau sesuatu berharga dalam diriku hilang atau susah yah masih sering sih, sekarang aku lebih tepatnya pekaan daripada cengeng” Brahma menanggapi  dan dia pasrah kalau Ema mengejeknya lagi

“Kalau aku yang hilang terbang entah ke mana? Kamu nangis ngga?” Tanya Ema serius

Prama bingung ternyata Ema tidak mengejeknya, malah memberi pertanyaan yg sangat dalam langsung ke hati.

“Belum tahu kamu kan belum hilang, lg pula sejak kalimat terakhir sebelum kamu pindah dulu, itu kayak berkah sekaligus kutukan bagiku apapun itu aku selalu mencoba tersenyum” Jawab Prama seadanya

“Hahahahaa syukurlah kalau bgt aku sudah meninggalkan kutukan di dirimu, itu membuat kamu sedikit kuat, dan itu membuat ada ikatan istimewa antara kita berdua yang membuat kita tak akan mengenal istilah terpisah terlalu jauh, at least kita masih di bumi yg sama hahahaha” Ema menanggapi jawaban Prama

Prama tertawa terbahak – bahak, Ema membuka pembahasan baru

“Eh ia di Jawa aku ketemu teman kamu namaya Bino dia kenal kamu katanya teman SMP dia pacar aku sekarang” Kata Ema

“Wah ia, dia itu baik jangan di apa – apain yah, kalo ketemu lagi titip salam” Prama mengejek Ema

“Ada – ada aja kamu....!” Jawaban Ema singkat

Beberapa saat setelah itu Hp Ema berbunyi, dia harus pergi mengurus segala kegiatannya di sini mereka pun berpisah lagi, kali ini tanpa tangisan Prama. Mereka sudah tumbuh dewasa dengan jalan hidup masing – masing.

Masih..... 15 DES 2011

Masih terbaring Prama tapi telah keluar dari kegiatan Menerawangnya, di luar Hujan turun dengan pasti , dia berdiri sejenak mematikan lampu kamar dia masih terdiam tak percaya, itu sms dari Bino

"PRAMA, EMA WAFAT, DIA JADI KORBAN SALAH TIKAM, MOHON DOANYA SMG EMA DI TERIMA DI SISI TUHAN "

Prama masih dengan tatapan kosong, menghela nafas, menyembunyikan sosoknya di balik selimut tebal, mungkin Hanya Tuhan yang masih bisa melihat sosok Prama di dalam selimut bahkan Prama sendiri tak bisa melihat sosoknya, karena terlalu gelap untuk matanya, atau matanya terlalu sibuk mengeluarkan air mata.

Di luar Petir dan guntur terus berbunyi, Hujan makin deras, angin makin berlari cepat, bagi orang – orang itu cuaca buruk, bagi Prama itu teman baik yang membantunya menyamarkan sesuatu.

“Maaf kali ini kutukanmu aku lepas, aku menangis lagi, terlalu sedih untuk tersenyum, Ema....” Suara Prama berbicara sendiri dalam gelap

KUPU – KUPU

Hujan Deras Mengguyur
Membawa lagi kenangan – kenangan
Bunga – bunga bahagia
Kupu – kupu mencari tempat berteduh
Kumbang di tanah tak peduli akan basah
Memandangi Kupu – kupu yang masih terbang
Kumbang terdiam
Kupu – kupu menemui kematian di pelukan sang Laba – laba

Note :

“SATU KUPU – KUPU MATI JAUH DARI MATAKU, TAPI KESEDIHANNYA MENUSUKKU SECARA SEMPURNA, NAMUN TERINGAT AKU AKAN KUTUKAN KUPU – KUPU, APAPUN ITU AKU HARUS BISA TERSENYUM LAGI, YAH AKU MENERIMA KUTUKAN ITU DENGAN LAPANG DADA, TOH SEKARANG DI SINI TEPAT DIHADAPANKU BERJUTA KEPOMPONG SEDANG BERMETAMORFOSIS DAN PERLAHAN DARI DALAMNYA KELUAR KUPU – KUPU DAN AKHIRNYA MEREKA MENGEPAKKAN SAYAPNYA.......... BENAR AKU KEHILANGAN KAMU, TAPI AKU SENANG MENEMUKAN MEREKA ATAU ENTAH MEREKA YANG MENEMUKAN AKU, KARENA INI TAK PERNAH JADI RENCANAKU, INI MUNGKIN LEBIH KE TAKDIRKU, AKU KEHILANGAN SATU SOSOK KUPU – KUPU, AKU DIPERTEMUKAN DENGAN BANYAK KUPU – KUPU LAIN “ 
 -Love Kumbang #halah-