Selasa, 09 Agustus 2011

KITA

Kita di suatu tempat
Remang
Itu awalnya

Kita di suatu tempat
Ramai
Itu prosesnya

Kita dekat, kita sangat rapat
Tak ada apa-apa
Itu awalnya

Kita rapat, kita sangat rapat
Mulai terasa apa - apa
Itu prosesnya

Kau dibuat tertawa
Aku biasa
Kau dibuat menangis
Aku biasa
Itu awalnya

Kau dibuat tertawa
Aku bahagia tapi cemburu
Kau dibuat menangis
Aku marah tapi apa daya
Itu awalnya
Itu prosesnya

Kita dekat, bahkan semakin rapat
Kau masih punya dunia
Ini bukan lagi awal

Kita dekat bahkan semakin rapat
Aku berusaha melihat duniamu
Ini masih proses

Haaaah kita dekat, sangat dekat.....
Remang, ramai, kau tertawa, kau menangis, kau dan duniamu

Haaaah kita dekat, sangat dekat....
Remang, ramai, aku bahagia tapi cemburu, aku marah tapi apa daya, aku masih mengintai duniamu

Yaah inilah kita......
Mungkin hanya sebatas awal dan proses..
Dan Akhirnya????????????
Kita tanya saja pada sebuah Dandelion yang terbang bersama angin.....
Jauh....jauh....semakin jauuh.........
Dandelion dan angin saja punya akhir....
Sedangkan kita, kita terlalu lelah mengejarnya dan melupakan tentang kita.......
Yaah inilah kita
Bukan lagi sebuah awal, tapi tak menemukan akhir.........




Senin, 11 Juli 2011

MENUNGGU KERETA

MENUNGGU KERETA

Hari itu tepat tanggal 24 Juni 2011, di salah satu stasiun kereta di Surabaya saya dan keluargaku menunggu kereta dengan tujuan Jogja, Seperti penumpang - penumpang kebanyakan saya hanya menunggu di kursi2 yang telah disediakan yang jaraknya beberapa meter dari rel sebagai jarak aman, tapi saya melihat ada momen yang menarik, dan membuat saya langsung memotretnya walaupun mungkin untuk sebagian orang ini hal yang biasa tapi tidak bagi saya karena ini adalah saat saya baru menginjakkan kaki di stasiun kereta lagi sejak saya SD,

Dia tidak seperti anak seumurannya yang lain dalam menghabiskan waktu dalam menunggu kereta, anak-anak lain sudah berlarian kesana kemari, membeli jajanan, merengek di ibunya, mengeluh saling mengganggu seperti adik-adik saya yang juga ada pada saat itu, dan masih banyak lagi. Tapi dia hanya duduk diam jongkok di sisi dari jalur rel kereta, memandang ke depan seakan tak memperdulikan sekitarnya yang bising di sekitarnya, menunggu kereta hingga datang, sesaat saat tanda kereta hampir tiba dia akhirnya beranjak dari tempat itu dan kembali bergabung dengan keluarganya dan bersiap berangkat, saya dan keluarga pun melakukan hal yang sama.