Semakin banyak perubahan
Aku merasa rindu
Pada sosok pendiam, dengan senyum penuh teka teki
Saat pertama kita saling memperkenalkan nama.
Di sisi lain
Dengan semua perubahan itu
Aku merasa bahagia dan lega
Makin banyak kata, makin banyak tawa darimu,
Maka dari itu, bisakah kita memulai sesuatu sekali lagi?
Seakan ini hari pertama kita saling memperkenalkan nama.
Selasa, 29 Oktober 2013
Sabtu, 12 Oktober 2013
Masa Depan Rindu
Diposting oleh
Muhammad Aswan Pratama
Sering berimajinasi
Bila suatu saat punya kemampuan cenayang
Akan berteman dengan semua jenjang waktu
Masa lalu
Kekinian
Masa depan
Sering berangan-angan
Bila suatu saat punya kemampuan cenayang
Akan mengintip perjalanan waktumu, yang bahkan kaupun belum tiba di sana
dan melihat
Apakah rinduku sekarang
mempunya masa depan
Bila suatu saat punya kemampuan cenayang
Akan berteman dengan semua jenjang waktu
Masa lalu
Kekinian
Masa depan
Sering berangan-angan
Bila suatu saat punya kemampuan cenayang
Akan mengintip perjalanan waktumu, yang bahkan kaupun belum tiba di sana
dan melihat
Apakah rinduku sekarang
mempunya masa depan
Selamat Ulang Tahun Ayah
Diposting oleh
Muh. Aswan Pratama
Hujan lebat mengunjungi kota
Seorang anak, bergembira, bermain dengan lumpur dan katak di taman, begitu bahagianya seakan lupa omelan ibunya sepulangnya dari bermain.
Seorang remaja perempuan, mendadak sentimentil, melihat ke luar jendela, memutar lagu sendu, merekonstruksi banyak hal, dia sibuk bermain dengan pikirannya, begitu sendunya hingga dia lupa hari ini ulang tahun Ayahnya
Seorang ibu, membersihkan bingkai foto, mengingat semua moment yang diabadikan, sambil sesekali menyeka air matanya, dia takut menyeret kedua anaknya ke dalam emosinya, sedih yang yang dibawa rindu, rindu pada suaminya yang telah duluan menuju Tuhan. Begitu sedihnya hingga lupa anak laki-lakinya belum pulang dari bermain, dan anak perempuannya sudah lama mengurung diri di kamarnya.
Mereka begitu menikmati semua emosinya,
Mungkin semua karena Hujan hari ini
Seorang anak, bergembira, bermain dengan lumpur dan katak di taman, begitu bahagianya seakan lupa omelan ibunya sepulangnya dari bermain.
Seorang remaja perempuan, mendadak sentimentil, melihat ke luar jendela, memutar lagu sendu, merekonstruksi banyak hal, dia sibuk bermain dengan pikirannya, begitu sendunya hingga dia lupa hari ini ulang tahun Ayahnya
Seorang ibu, membersihkan bingkai foto, mengingat semua moment yang diabadikan, sambil sesekali menyeka air matanya, dia takut menyeret kedua anaknya ke dalam emosinya, sedih yang yang dibawa rindu, rindu pada suaminya yang telah duluan menuju Tuhan. Begitu sedihnya hingga lupa anak laki-lakinya belum pulang dari bermain, dan anak perempuannya sudah lama mengurung diri di kamarnya.
Mereka begitu menikmati semua emosinya,
Mungkin semua karena Hujan hari ini
Lalu Mengapa?
Diposting oleh
Muh. Aswan Pratama
Di pelataran gedung
Angin bertiup, menjadi penyejuk di siang terik itu
Di salah satu sudut, seorang perempuan duduk, wajahnya merona
Seorang pria memperhatikannya, lehernya kaku
Pandangan mereka bertemu
Senyum mereka berinteraksi
Waktu berlalu, perempuan itu beranjak melewati laki-laki itu
Pertemuan pandangan merekapun ikut berlalu
Perempuan itu makin menjauh
Laki-laki itu masih terpaku
Laki-laki itu bingung kenapa perempuan itu tidak menyapanya?
Tapi dia lebih bingung
Lalu mengapa dia tidak menyapa perempuan itu?
Angin bertiup, menjadi penyejuk di siang terik itu
Di salah satu sudut, seorang perempuan duduk, wajahnya merona
Seorang pria memperhatikannya, lehernya kaku
Pandangan mereka bertemu
Senyum mereka berinteraksi
Waktu berlalu, perempuan itu beranjak melewati laki-laki itu
Pertemuan pandangan merekapun ikut berlalu
Perempuan itu makin menjauh
Laki-laki itu masih terpaku
Laki-laki itu bingung kenapa perempuan itu tidak menyapanya?
Tapi dia lebih bingung
Lalu mengapa dia tidak menyapa perempuan itu?
Langganan:
Postingan (Atom)