Sabtu, 16 Juni 2012

Mimpi nyata, di dunia nyata setelah bermimpi

Mataku semakin melemah dijamah kantuk, menahannya lebih dari ini pun sepertinya tidak berguna......

Di hari yang aneh aku menyusuri kota, berjalan bersama perempuan itu, yang terlihat berbeda hari ini, dia tak memakai kemeja kebesarannya. Dalam perjalanan, dia merasa lapar, kami memutuskan untuk makan di salah satu warung Coto di kota ini, entah kenapa mungkin dia sedang tidak tertarik dengan makanan lain.

Di tengah - tengah waktu kami menunggu makanan itu datang, aku memulai percakapan..
"Hmmm oh ia sebenarnya, ada sesuatu yg ingin sy bicarakan..."
Belum selesai aku bicara dia menjawab sambil tersenyum
"Aku tahu, aku paham, aku mengerti, bahkan sebelum kau mengatakannya"

Setelah percakapan singkat itu, kami mengobrol banyak hal lain, tentang film, musik, atau apapun itu yg saat itu kami anggap menarik.Setelah itu kamipun pulang, yah perjalanan yg cukup singkat hari itu, aku pulang memegang Koin Biru yang dia berikan sebelum kami berpisah tadi, entah apa alasannya tapi saat dia memberikan Koin ini dia berkata "Sampai Jumpa lagi, Oh ia Koin Biru ini Nyata"

Aku berjalan dalam kebingungan, bingung akan perkataan perempuan yg selalu bertingkah membingungkan

Aku tiba di rumahku, lelah menghampiri, bahagia menyelimuti, bingung menggerogoti,
Mataku semakin melemah dijamah kantuk, menahannya lebih dari ini pun sepertinya tidak berguna......

Aku tertidur di dunia ini, untuk kembali terbangun di dunia lainnya
Aku tahu aku bermimpi, mimpi yang nyata

Aku tersenyum, merasakan lelah yang telah pergi, aku merenggankan badan sejenak, lalu beranjak berdiri dari tempat tidur, langkahku terhenti oleh bunyi benda terjatuh, aku melihat aku teringat, aku bingung lagi, aku beranjak keluar.kamar....

Koin Biru itu kubiarkan tergeletak di lantai kamarku

Sabtu, 09 Juni 2012

Hanya Coba Tak Peduli Rindu


Di salah satu sudut favoritnya, Prama duduk melamun, merindukan banyak hal. Senja sudah menggelap di luar, menyadari hal itu Rama beranjak dari sudut favoritnya, dia tergesa – gesa, ke teras rumahnya. Dia diam meelihat ke arah langit, hamparan pemandangan malam yang biasa, hanya dengan bulan yang lebih Indah, dia suka “artis” baru di panggung langit malam itu, hanya dia sudah jenuh melihatnya, dia masuk kembali mengantar dirinya ke balik selimut walau raganya belum terlalu lelah. Dia menyerah dengan menunggu tanda – tanda di teras rumah.

Esok, subuh, saat mataharipun belum bangun, Prama duduk bersila di atas kasurnya, dia terbangun karena ingin ke kamar kecil, tapi kantuknya, menahan tubuhnya bergerak. Lalu terdengar suara yg sangat familiar di telinga Prama, suara yang awalnya hanya satu, lalu ada lagi, lalu makin banyak, dan makin banyak lagi, yah pagi itu Hujan dating. Prama sudah berada di teras rumahnya, inilah yang dia rindukan Hujan yg turun membsahi semuanya, di senang, dia beranjak dari teras ke bagian depan rumahnya, dia berdiri diam, melepas rindu dengan Hujan, hingga dia rasa cukup melepaskan rasa rindunya, dia lalu masuk membersihkan badannya, lalu mengeringkannya.

Masih di pagi yg sama Prama mulai merasa aneh, saluran nafasnya yg sudah menyempit dia rasa semakin parah, dia merasa sangat sesak, dia tergesa – gesa ke salah satu ruangan tempat dia menyimpan obatnya yg tersisa satu, dia mencari – cari, kepanikannya membuat ingatannya buyar dia lupa menaruhnya dmana, dia membongkar semua meja, dan mengecek semua lemari beberapa barang berjatuhan ke lantai, hingga dia ingat, dan dia pun langsung meminum obatnya.

Dia terbangn di samping barang2 yg berantakan tadi…
“Hahaha ternyata apa yg kita rindukan kadang hampir membunuh”
katanya sambil membangunkan dirinya  

Sambil membereskan barang2 yg berantakan tadi, dia bertanya – tanya
“Kenapa hal yg sudah ada, sangat sulit kita temukan saat kita mencarinya?? Aku yang menaruh obat itu kemarin tapi kenapa tadi sangat susah dicari”

Hingga dia mengambil barang terakhir, dari lantai, 
dia menatap lama barang itu, 
dia menghela nafas panjang dan tersenyum, 
dia akhirnya mengembalikan barang tersebut ke tempatnya.

Dia menuju dunia jejaring social, di salah satu akunnya dia menuliskan

“Sebenarnya sangat rindu menggambar kamu, aku hanya mencoba tidak peduli lagi, aku takut hampir mati lagi karena merindu xD  #KODE”

Rabu, 06 Juni 2012

Langkah keenam Juni

Aku pulang dari kegiatanku yg membuatku merasa hidup, aku turun dari angkutan kota itu, aku melihat bendera putih aku mencoba mengingat sesuatu.

Saat itu Juni datang menggantikan Mei, aku bahagia menyambut Juni, masih dengan semangat Mei yang aku rasakan selama 31 Hari, banyak kegiatan yg menyenangkan, banyak moment yg mengharukan, banyak pengalaman baru yang aku rasakan. Yah semua hal itu membuatku betul - betul merasa senang dan hidup. Tapi entah kenapa aku seperti melupakan sesuatu selain Tuhan yg selalu dekat denganku.

Banyak tanda - tanda yg aku dapat, tapi aku sadar ini bukan dari sahabatku Semesta , caranya menyampaikan tanda - tanda berbeda jauh, tanda - tanda ini dari hal lain yang sangat dekat tapi aku lupa.

Awal juni melangkah aku selalu teringat upacara peringatan 10 hari wafatnya salah satu keluargaku, tapi aku masih lupa sesuatu itu

Langkah kedua, ketiga, keempat Juni aku selalu melihat foto kecelakaan di jejaring sosial yang memperlihatkan darah korbannya, namun aku masih lupa sesuatu itu

Langkah kelima Juni, di kampus yg sepi, dengan udara yg terik, koridor sepi, saluran nafasku menyempit tiba - tiba, jantung berdetak kencang, keringat, tapi aku tetap tidak ingat sesuatu itu

Malam ini tanggal 06 ...  Langkah keenam Juni...

Aku pulang dari kegiatanku yg membuatku merasa hidup, aku turun dari angkutan kota itu, aku melihat aku teringat.
Aku melihat banyak mobil terparkir, keramaian orang yg terasa sepi di bawah tnda putih, dan yang paling utama adalah bendera putih yg menutupi jalan yg biasa aku lalui untuk sampai ke rumah.
Aku berjalan menyusuri jalan, melewati kerumunan sepi, sepi yang mistis, aku menyembunyikan wajahku di balik topi dan penutup kepala jaketku, sayup - sayup terdengar tangisan, sayup - sayup terdengar Ayat Tuhan, 

Kerumunan ku lewati, aku mendapat sepi yang biasa aku temui di jalan ini, tak lama aku menjumpai pagar besi  rumahku, berdiri sejenak

Aku merasa bertemu, Aku teringat Aku bercakap dengan sesuatu yg aku lupa itu

Aku  : "Hahahahahahahahahahaha maaf aku melupakanmu selama 31 Hari di bulan Mei,"
Dia   : "................."
Aku  : "Hahahah jadi tanda - tanda itu darimu? harusnya aku lebih peka""
Dia   : "................."
Aku  : "Oklah, aku lelah, kau juga sudah harus pergi lagi kan... sekali lagi maafkan lupaku ini, selamat menjalankan tugas saudara kembar KEHIDUPAN..... :)"

Aku beranjak masuk, tersenyum, dan masih tidak percaya
"Dasar KEMATIAN ada - ada saja caramu untuk mencari perhatian" Aku berbicara dalam hati.